Posts

Keresahan

Apa ya? Jd bingung setelah bikin judul. Hehe.  Aku baru menemukan sesuatu, tentang berdamai degan diri sendiri dan menjauhkan pikiran kita dari prasangka. Aku baru coba, ternyata ngefek banget masyaa Allaah. 

Bukan Cerita

Aku sering kali menjumpai banyak bapak-bapak yang manjain anak perempuannya, menyayanginya, mengasihinya, beuh lembutnya! Minta ampun.  Tapi kayak sedikit menemukan, sosok bapak yang bener-bener bisa lembut sama ibu dari anaknya. Apakah bapak lupa, kalo dulu si ibu ini juga anak orang? 

Nikmatnya Menulis

Halo rekan-rekan budiman! Bibin kembali menulis <3 Setelah kiranya melewati banyak hal. Penuh dengan rangkaian drama dan air mata #halah Hingga pada akhirnya kembali disadarkan, setelah membaca postingan sahabat karib saya, bahwa menulis adalah seni menampar diri sendiri, kalau tidak sekarang, mungkin di kemudian hari. Betapa tidak, dari sekian tulisan yang sudah dibuat, beberapa kali saya merasa tertampar dibuatnya. Di samping nikmatnya menulis yang mana akan membuat hati lega, menerjemahkan isi fikiran, menuangkan gagasan, usaha memetik hikmah, tapi siapa sangka, justru saya sempat khawatir (dan berhenti menulis) karena takut diuji setelah saya menuliskan sesuatu... Walaupun sedari dulu saya sadar, yang diingatkan adalah diri sendiri. Tapi entah kenapa, di sisi lain kayak merasa bebel aja, kok ga lulus-lulus ya biiin... Padahal, lagi dan lagi yang tak boleh saya lupa, dapat menulis dan menuangkan fikiran pun atas izin Allaah . Dan kalau diuji pun, kita masih punya All

Menikmati Reuni

Bertemu dengan kawan lama, kadang bukan menjadi temu hangat yang membuahkan tek-tok faedah, tapi justru sebaliknya. Alih-alih mengadakan kontemplasi masing-masing perjuangan, tapi justru membandingkan pencapaian. Bukankah begitu biasanya?  Di saat yang sama. Kita sering menginginkan keadaan orang lain. Orang lain mengharapkan keadaan yang lainnya lagi. Begitu saja seterusnya. Sampai masing-masing dari kita, jarang merasa puas hingga lelah bersebab pencariannya. Ada yang bertemu, menemukan atau bahkan dipertemukan. Terhadap apa apa yang dicari. Pada kenyataannya mencari tidaklah semudah teori. Ada banyak parameter dan asumsi yang dibuat,  walaupun pada akhirnya menyusahkan diri mereka sendiri. Sadar atau tidak, perlahan, mereka bisa menjauh atau mendekat dari yang dicari. Pada akhirnya, apa-apa yang menghampiri dalam hidup kita, memang belum tentu pasti yang kita cari. Namun lebih tepat dikatakan  sebagai apa yang kita butuhkan. Juga, Di saat yang tepat.  P

Terlambat Sadar

Image
Bagi kamu yang sedang merasa tidak enak, atau tidak nyaman dalam kondisimu sekarang. Mari kita ber-istighfar (“: Barangkali susah sekali untuk menerima skenario yang telah Dia tuliskan, sekaligus memahami bahwa ini semua, yang ada di hadapanmu adalah yang terbaik. Sulit memang. Sebab iman tak hanya ditanam lalu dibiarkan begitu saja. Tapi perlu ditempa agar iman seorang hamba menjadi kokoh. Barangkali tidak percaya, bahwa yang ada di depan mata, nyatanya adalah yang super terbaik dari sekian banyak pilihan. Pilihan a, b, c, d hingga z pun yang telah kau siapkan, tapi tetap, rencana terbaik adalah Penulis Rencana. Barangkali tidak mudah untuk melihat, bahwa yang sekarang kita jalani suatu saat akan kita syukuri sedalam-dalamnya. Bersyukur karena telah di skenariokan seperti sekarang ini. Bukankah selalu begitu? Kita selalu terlambat sadar bukan? Atau mungkin kamu pernah mengalaminya? Sekalipun kamu menangis hingga terseok-seok, pada akhirnya kamu akan bersyukur telah diper

Cerpen: Dalam Bus Kota

Ibuku berpesan, naik bus kota saja. Supaya lebih cepat sampai. Hei, tadi aku bermimpi. Mimpi yang cukup indah bagiku. Ah ya, bagaimana mungkin tidak indah, jika itu adalah tentangmu? Walaupun selepas sadar. Aku kesal, mengapa kau balik lagi di hadapanku? Setelah kiranya aku mengubur rasa ini amat dalam, seenaknya saja kau muncul dalam mimpiku. Aku bahkan lupa kalau dulu kita pernah bertemu, di situ.  Ya, di bus kota. Aku bersama rekanku. Kau juga bersama rekanmu, yang rupanya juga rekanku. Dalam mimpi itu, kau tak bertegur sapa denganku. Walaupun, ah, kita berhadapan. Bukankah dulu kita sering bercakap? Ah, aku lupa. Itu dulu. Sekarang, sudah berbeda. Kita berada pada jarak kurang lebih 2 meter. Aku menatap kaca depan bus kota itu, yang tak ubahnya, melihat kau juga-yang duduk tepat di depan kaca. Di samping bapak sopir bus. Kau lantunkan surat Al-Qiyamah, eh atau Al-Fajr. Ckck. Aku lupa dalam mimpi itu, surat apa yang kau baca. Kau lantunkan ayat 1,2,3. Anehnya, pak sopir justru

Seni dalam Hidup

Alhamdulillah, Allah baik sekali terhadap hamba-Nya. Akhir-akhir ini, banyak yang sedang dipahamkan tentang hidup. Bahwa sejatinya, dalam hidup ini kita ga kaku-kaku banget dalam mencapai tujuan. Kita harus punya seni: bertahan hidup dan menikmati hidup. Begitulah kiranya kata Kak Salman, dalam sesi Monetary Talk #2 (acaranya rohis ESP50). Ga kaku-kaku amat. Abis ini, itu. Abis itu, ini. Kapan end -nya? Kebanyakan dari kita memilih ending cepat2, bisa jadi karena kita merasakan lelahnya dalam berusaha. Tidak menikmati proses lika-likunya, dan cenderung kebanyakan mengeluh. Akhirnya, pada apa yang ingin kita capai, maunya ya kita cepat sampai. Pengen cepat lulus sekolah, kuliah, cepat kerja, cepat menikah, cepat punya anak, dan lain sebagainya. Padahal, hidup ini bukan hanya soal kecepatan, bukan soal siapa cepat maka dialah yg terbaik. Kamu tahu kan, Dia Maha Melihat? Iya tahu. Lalu untuk apa setiap jam, atau bahkan menitnya kamu resah, dalam hal asumsi orang lain terhadap diri